Sejarah Pendidikan Alternatif Bagaimana sejarahnyasehingga konsep pendidikan alternative itu muncul? Dalam edisi ini Penulis akan memaparkan beberapa pendapat para pakar pendidikan seperti Conley (2002),
Siegrist (2010), Buchori (1995), Badrundan Bastian (1999), danYulaelawati (2009) yang membuat kronologis dan kondisi pendidikan yang ada. Konsep pendidikan alternative itu telah muncul jauh hari, namun baru dikenal baik ketika sudah menjadi sebuah pilihan pendidikan yang patut dipertimbangkan oleh semua. Sejarah pendidikan alternative secara ringkas sebagaimana Conley (2002) gambarkan, “…era 1960an boleh dianggap sebagai periode inovasi; era 1970an adalah periode pengembangan; era 1980an adalah periode 'pergerakan', yang membawa ke periode pembentukan di tahun1990an; sementara abad 21 merupakan periode kompetisi, pilihan sekolah dan reprivatisasi” (h. 3). Konsep pendidikan alternative itu sendiri dapat dilacak ke tahun 1930an sebagaimana ajaran John Dewey (Siegrist, et al., 2010). Di Indonesia sendiri reformasi pendidikan tradisional dapat dikatakan dimulai di tahun 1950an dengan adanya program pemberantasan buta huruf dan kursus remedial pada malam hari setingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, dan Sekolah Lanjutan Tingkat A t a s ( B u c h o r i , 1 9 9 5 , h . 3 ) .Namun begitu, pendidikan alternatif di Indonesia tidak lah dikenal luas sebagai model pendidikan sampai akhir tahun 1990an seperti Bambang definisikan sebagai “Pendidikan yang pendekatannya lebih bersifat individual, memberikan perhatian lebih besar kepada peserta didik, orang tua atau keluarga dan pendidik, yang dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman” (Badrun & Bastian, 1999, h. 45). Lebih jauh lagi, kalau kita menelusuri praktek sejak abad-abad awal di Indonesia, kita dapat menemukan ide pendidikan di luar sekolah dalam
masyarakat masa itu. Indonesia baru mengenal yang namanya sekolah formal pada abad ke-16 yang diperkenalkan khususnya oleh orang Eropa, yaitu Portugis dan Spanyol yang memperkenalkan pendidikan Kristen, dilanjutkan oleh Belanda yang membuat sistim pendidikan kolonial. Pada akhirnya Jepanglah yang pertama sekali memberikan semangat untuk menggunakan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Sebelum abad pertama (masa tradisional), budaya tradisional yang ada lebih menitikberatkan kepada pemikiran intuitif
dimana pikiran diarahkan kehal-hal yang berhubungan dengan alam dengan segala mitosmitosnya. Memasuki abad pertama dan kedua, Budaya Hindu memperkenalkan ajaran-ajaran yang agak berbeda dengan membagi kelas-kelas sosial. Selanjutnya budaya Islam di abad ke-13 memperkenalkan kebebasan berpikir di tempat tempat yang dikenal dengan nama Dayah ( Y u l a e l a w a t i , 2 0 0 9 ) .