Selasa, 12 Juni 2012

Keuntungan ‘POSITIVE THINKING’

Sikap mencerminkan dari kepribadian seseorang, dan pikiran memberi peran yang besar terhadap sikap seseorang. Itulah mengapa berpikir positif membuat perbedaan besar dalam hidup kita. Sikap yang baik dimulai dengan berpikir positif. Berpikir positif memiliki peran penting dalam pembentukkan setiap individu. Kekuatan berpikir positif merupakan unsur yang terpenting dalam menciptakan jenis kehidupan Anda. Sikap positif membantu Anda dalam mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Sebuah pandangan yang positif dapat membantu Anda untuk mengatasi situasi stres dan dapat mengubah hidup Anda jauh lebih baik. 

Berikut ini beberapa manfaat dari berpikit positif : 
1. Mengatasi stres : Berpikir positif membantu Anda mengatasi situasi stres, mengabaikan pikiran negatif, mengganti pikiran pesimis menjadi optimis, mengurangi kecemasan dan mengurangi stres. Ketika Anda mengembangkan sikap positif Anda bisa mengontrol hidup Anda dengan baik. 

2. Menjadi lebih sehat : Pikiran kita secara langsung mempengaruhi tubuh dan bagaimana cara bekerjanya. Ketika Ada mengganti pikiran negatif dengan ketenangan, kepercayaan dan kedamaian, bukannya dengan kebencian, kecemasan, dan kekhawatiran, maka Anda akan merasakan kesejahteraan. Dan ini berarti Anda tidak mengalami gangguan saat tidur, tidak merasakan ketegangan otot, kecemasan, dan kelelahan. Orang-orang yang berpikir negatif lebih muda terkena depresi. 

3. Percaya diri : Dengan berpikir positif, maka Anda lebih percaya diri dan tidak untuk menciba menjadi orang lain. Jika Anda tidak percaya diri A n d a t i d a k a k a n p e r n a h mendaptkan kehidupan yang lebih baik. 

4. Bisa mengambil keputusan yang benar : Berpikir positif mencegah Anda memilih keputusan yang salah atau melakukan hal yang bodoh yang kemudian Anda sesali. Berpikir positif membuat Anda memilih keputusan dengan cepat. 

5 . M e n i n g k a t k a n f o k u s : Menggunakan pikiran positif membantu Anda lebih fokus saat menghadapi masalah. Jika Anda berpikir negatif akan membuangbuang waktu, dan energi Anda. 

6. Bisa mengatur waktu lebih baik : Dengan meningkatnya fokus serta kemampuan membuat keputusan yang lebih baik, Anda akan lebih terorganisir. Ini akan membantu Anda mendapatkan lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan orang yang Anda cintai. 

7. Lebih sukses dalam hidup : Sikap p o s i t i f t a k h a n y a b i s a meningkatkan fokus Anda dan lebih bisa mengatur waktu dengan baik tetapi mengarahkan Anda pada kebahagian dan keberhasilan saat mengubah hidup Anda. 

8. Memiliki banyak teman : Ketika berpikir positif, Anda akan menarik perhatian orang-orang dan ketika orang-orang tersebut dekat dengan Anda mereka akan merasa nyaman. 

9. Menjadi pemberani : Ketakutan berasal dari pikiran negatif. M e n j a d i p e m i k i r p o s i t i f menghilangkan rasa takut. K e b e r a n i a n b e r a s a l d a r i kenyataan bahwa Anda tetap positif Anda akan tahu bahwa apapun yang terjadi dalam hidup A n d a , A n d a d a p a t menghadapinya. 

10. Hidup lebih bahagia: Percaya diri merupakan suatu fakta bahwa Anda bahagia menjadi diri Anda sendiri dan tidak mencoba untuk menjadi orang lain. Jika Anda memiliki semangat berpikir p o s i t i f , A n d a s e l a l u mengantisipasi hidup bahagia, damai, tawa, kesehatan yang baik dan kesuksesan finansial. (Kompas.com)

Menuju Ke Arah Pengembangan Pendidikan Alternatif (Bagian Kesepuluh) Oleh: Ahmad Faizuddin, M.Ed

S e k o l a h , P e n d i d i k a n , d a n Pendidikan Alternatif (2) Pendidikan bukanlah kegiatan berupa pengisian pengetahuan ke dalam kepala anak didik sebagaimana “banking concept” Freire (1994) tegaskan, “… in which the students are the depositories and the teacher is the depositor” (“ … dimana anak didik itu menjadi tempat meletakkan sesuatu dan guru sebagai orang yang meletakkannya”), namun sebaliknya yang terpenting adalah anak didik seharusnya “have the opportunity to become collectors or cataloguers of the things they store” (“mempunyai kesempatan untuk menjadi orang yang mengumpulkan atau memilah apa-apa yang mereka simpan”, h. 53). Mengisi kepala anak dengan berbagai macam k o n s e p t a n p a m e m p e r h a t i k a n kebutuhan dan ketertarikannya hanya akan menjadikan proses pendidikan itu menjemukan. Anak bukanlah robot yang bisa disuruh ini dan itu sesuai dengan keinginan kita. 

Anak-anak juga mempunyai kemauan dan ketertarikan s e n d i r i u n t u k m e n g e m b a n g k a n p e n d i d i k a n s e s u a i d e n g a n kemampuannya. Dewey (1897) dalam karyanya “My Pedagogic Creed”, ketika menjelaskan apakah pendidikan itu, dia beranggapan bahwa, “educational process has two sides – one psychological and one sociological – and that neither can be subordinated to the other or neglected without evil results following” (“proses pendidikan itu mempunyai dua sisi – satu aspek psikologis dan satunya lagi aspek sosiologis – dan keduanya tidak bisa membawahi satu sama lain atau disalahgunakan jika tidak mau hasil yang jelek”, sebagaimana dikutip oleh Provenzo, 2006, h. 23).

Lebih lanjut, dalam nada yang sama, ketika menjelaskan apakah sekolah itu, Dewey meyakini bahwa, “education is a process of living and not a preparation for future living” (“pendidikan adalah sebuah proses kehidupan dan bukan lah sebuah persiapan untuk hidup di masa yang akan datang”, h. 24). Oleh karena itu, pelajaran dasar dari pendidikan sebagaimana Dewey yakini adalah “… not science, nor literature, nor history, nor geography, but the child's own social activities” (“…bukan ilmu pengetahuan alam, bukan pula literature, sejarah atau geografi, tetapi kegiatan-kegiatan sosial si anak sendiri”, h. 26). Pendidikan adalah proses seumur hidup. 

Filosofi pendidikan sepanjang hayat ini haruslah “Melibatkan pembelajar sebagai pelaku utama dalam kegiatan belajar daripada hanya menjadi penerima yang pasif, meningkatkan kapasitasnya untuk memainkan perannya yang disebutkan tadi, mengarahkan kepada demokrasi masyarakat, dan meningkatkan kualitas hidup semua laki-laki dan perempuan” (Cropley, 1979, h. 102). Oleh karena itu, menurut UNESCO, pendidikan seharusnya: Last the whole life of each individual (berlangsung sepanjang hayat seseorang); lead to the systematic acquisition, renewal, upgrading and completion of knowledge, skills and attitudes made necessary by the constantly changing conditions in w h i c h p e o p l e n o w l i v e (mengarahkan kepada pencapaian yang sistematik, pembaharuan, peningkatan dan kelengkapan pengetahuan, keahlian serta tingkah l a k u ya n g d i p e r l u k a n o l e h perubahan kondisi yang terusmenerus dimana manusia hidup sekarang); have as its ultimate goal promotion of the self fulfillment of each individual (memiliki tujuan akhir tercapainya pemenuhan kebutuhan diri setiap individu); be dependent for its successful implementation on people's increasing ability and motivation to engage in self directed learning activities (berhubungan dengan suksesnya pencapaian dalam hal meningkatnya kemampuan dan motivasi untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar mandiri); serta acknowledge the contribution of all available educational influences, including formal, non formal and informal (mengakui peran serta dari semua pengaruh pendidikan yang ada, baik formal, non formal dan informal). 

(Cropley, 1979, h. 3) Akhirnya, bagaimana hubungan antara sekolah, pendidikan, dan pendidikan alternatif itu? Secara singkat, yang jelas bahwa proses belajar itu tidak dibatasi dalam ruang belajar di sekolah saja. Lesch (2009) menggambarkan, “… each keep expanding into something larger, fueled only by the curiosity of the learner” (“… setiap pembelajar terus berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar, digerakkan o le h ra s a ke inginta hua n da r i pembelajar itu sendiri” h. 5). Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan itu adalah untuk menghubungkan pelajar dengan o r a n g - o r a n g d a n m a s y a r a k a t sekitarnya. Gagal dalam hal tersebut akan berdampak pada resiko yang sangat serius yaitu gagalnya proses belajar itu sendiri. (h. 54). Oleh karena itu, memberikan pelajar itu ilmu yang bermanfaat, informasi yang sesuai, dan keahlian yang memadai akan sangat diperlukan untuk suksesnya hidup si pelajar tersebut di masa yang akan datang. Sekolah sebenarnya perlu di berdayakan kembali menjadi pusat pembelajaran masyarakat. Tugas sekolah itu bukan hanya untuk m e n g a j a r k a n a n a k- a n a k i l m u pengetahuan, akan tetapi juga untuk melibatkan guru, pelajar, dan orang tua dalam sebuah proses belajar yang berkesinambungan (Nandika, 2007, h. 84). 

Nah, dalam dunia modern ini, institusi atau lembaga pendidikan yang b i s a m e n j a wa b p e r m a s a l a h a n masyarakat tersebut di atas adalah pendidikan alternatif. Bahkan sering para orang tua menggunakan pendidikan alternatif sebagai “shadow education” (pendidikan bayangan) untuk menjamin kesuksesan anakanaknya di sekolah (Buchmann, Condron & Roscigno, 2010). Terkadang dapat dikatakan juga bahwa model pembelajaran tradisional masih memainkan pengaruh yang bagus dalam proses pendidikan (Pane & Salmon, 2009). Kalau dibandingkan, pada kenyataannya pelajar dari pendidikan alternatif ini mempunyai kecemasan yang kurang, gejala depresi yang tidak seberapa, kepuasan yang lebih akan hidupnya sekarang, serta pencapaian akademis yang lebih dibandingkan dengan pelajar dari pendidikan normal di sekolah biasa (Shankland et al., 2010). 

Sinyeu (May 14, 2012/8:41 p.m.)

Minggu, 03 Juni 2012

Masjidku sayang, Masjidku malang Oleh : Mukam Zahri, S.Ag

Bila anda pernah menonton sebuah sinetron yang d i p u t a r o l e h s t a s i u n televisi swasta di Jakarta yang hampir mirip dengan judul di atas, yaitu “Anakku sayang, anak ku malang” yang menceritakan tentang kisah orang tua yang sangat sayang terhadap anaknya, kasih sayangnya selalu diberikan dengan cara apapun, permintaan dan kebutuhan akan selalu dipenuhi oleh orang tuanya dengan harapan agar kehidupan sang anak dapat terjamin sukses dan mendapat kebahagiaan. N a m u n a p a h e n d a k d i k a t a kenyataannya kehidupan sang anak tersebut selalu mengalami rintangan dan penderitaan yang sangat pedih bahkan sesungguhnya tidak mungkin diterimanya. Apa daya hingga akhir kemalangan hidup yang dirasakannya. 

B e g i t u p u n , a n d a i k a t a k i t a hubungkan antara kisah tersebut dengan judul di atas, maka kita temukan jawaban yang hampir sama, yaitu masjid dibangun dalam bentuk yang sangat indah, tapi masjid ditinggalkan tidak diisi oleh jama'ah. Salah satu tugas diantara sekian banyak tugas yang telah dibebankan kepada Penyuluh Agama Islam Fungsional di bawah bidang atau seksi P e n a m a s ( P e n d i d i k a n A g a m a , P e m b i n a a n M a s y a r a k a t d a n Pe m b e r d a y a a n M e s j i d ) . U n t u k m e n d a t a , m e m b i n a d a n menghidupkan suasana mesjid ke arah kesejahteraan dan kemakmuran. Sesuai dengan data yang telah terkumpul dan tercatat dalam buku direktori Mesjid Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, jumlah mesjid di Aceh Besar saat ini 155 buah. 

Bangunan mesjid di Aceh terus bertambah dan berkembang pesat, bagaikan cendawan yang tumbuh di musim hujan, baik mesjid lama yang punya catatan sejarah tersendiri maupun mesjid baru dengan corak gaya dan arsitektur yang beraneka macam pula, hingga arsitektur khas Timur Tengah pun sudah ada di Provinsi Aceh. Sungguh satu hal yang sangat m e n g g e m b i r a k a n k i t a k a r e n a masyarakat Aceh pada umumnya sudah mampu di bidang ekonomi serta punya pikiran di bidang agama yang lebih meyakinkan. Ini dapat dibuktikan dengan lahirnya masjid-masjid baru, bentuk bangunannya yang sangat indah, halaman luas dan di dalam pun lengkap dengan peralatan modern, seperti microfon, sound system, kipas angin dengan berbagai macam merek sampai mesjid ber AC pun sudah ada. Padahal semua itu butuh biaya yang sangat besar sampai puluhan milyar rupiah. 

Seandainya ditanyakan berapa biaya yang telah dihabiskan untuk kebutuhan mesjid ? pasti jawabannya “Berapapun diperlukan tetap kami usahakan dananya, agar mesjid lebih indah dan megah”. Fakta dan realita memang di Aceh sedang giat-giatnya berlomba untuk membangun mesjid yang indah dan mewah. Semua sayang dan tersentuh hati dalam hal bangunan fisik dan materi. Sedikit yang terbayang untuk apa mesjid ini diisikan. Bukankah Rasulullah SAW telah berpesan dalam sebuah sabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Abu Daud “Aku tidak menyuruh kamu membangun mesjid untuk kemewahan (keindahan) sebagaimana yang dilakukan oleh kaum yahudi dan Nasrani.” Mesjid artinya tempat sujud, atau lebih luas lagi pengertiannya yaitu suatu bangunan yang didirikan untuk tempat beribadah kepada ALLAH SWT dan tempat bermusyawarah serta b e r m u a m a l a h d e n g a n s e s a m a manusia, dalam artinya di samping tempat sholat, zikir dan pengajian juga dapat dilaksanakan segala kegiatan yang bermanfaat bagi ummat. 

Tapi sungguh sangat disayangkan masih banyak mas jid yang tidak ada p e n g u r u s n y a d a n b e l u m a d a pengelolanya, sepi dari kegiatan bahkan ada mesjid yang tidak dilaksanakan sholat 5 waktu, kecuali hari Jum'at dan hari raya. Andaikan mesjid bisa ngomong, pasti mesjid akan berucap “untuk apa aku dihias, dipercantik dan dibubuhi warna warni ? sedangkan aku selalu kesepian menyendiri tidak ada yang peduli dan mengunjungiku, tidak ada yang tidur (I'tikaf) bersamaku sungguh munafik engkau, katanya sayang tapi aku kau tinggalkan sungguh jauh dari jama'ah. Saat azan dikumandangkan Allah mengundang kita untuk menuju kemenangan, tapi kita cuek aja tidak mau penuhi undangan Allah kita sibuk dengan kerja nongkrong di warung, duduk dipinggir jalan dan di café-café dengan HP, laptop, internet dan televisi. B u k a n k a h k i t a t e l a h s i a p membangun mesjid yang indah dan luas ? maka harus siap dengan jiwa penuh iman untuk memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan terutama ibadah sholat dan pengajian. Ingat firman Allah SWT dalam Al- Qur'an pada surat At-Taubah ayat 18 yang artinya “Sesungguhnya orang yang memakmurkan mesjid Allah mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan mendirikan shalat, menunaikan zakat serta tidak takut kecuali hanya kepada Allah SWT”. 

Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Fungsional Kabupaten Aceh Besar

Menuju Ke Arah Pengembangan Pendidikan Alternatif (Bagian Kesembilan) Oleh: Ahmad Faizuddin, M.Ed

S e k o l a h , P e n d i d i k a n , d a n Pendidikan Alternatif (1) 
Sekolah itu apa sih? Dan apa pula yang dimaksud dengan pendidikan? Dalam bagian ini, Penulis akan mengaitkan antara sekolah, pendidikan, dan pendidikan alternatif. Pemakaian kata “sekolah” dan “pendidikan” akan dijelaskan berdasarkan pendapat para ahli dalam bidangnya. Kemudian kedua istilah tersebut akan dihubungkan dengan isu pendidikan alternatif. Pertama sekali, apakah sekolah itu? Mendengar kata “sekolah” mungkin kita akan langsung mengingat sebuah situasi dimana belajar dan mengajar terjadi, adanya gedung tempat belajar dan berbagai macam fasilitas, aktivitas rutin sehari-hari yang sudah teratur, dan sebagainya. Perlu kita ketahui bersama bahwa pada kenyataannya, kata “sekolah” dalam bahasa Latin aslinya (skhole, scola, scolae or schola) mempunyai arti, “waktu luang” atau “waktu senggang” (Topatimasang, 1998, h. 5). Jadi sekolah sebenarnya adalah memanfaatkan waktu luang yang ada pada diri seseorang dengan tujuan mendapatkan sesuatu (baca: ilmu). 

Berdasarkan pengertian ini, maka proses belajar mengajar di sekolah haruslah gembira dan menyenangkan. Lebih lanjut, secara normal, belajar seringkali disamakan dengan istilah “qira'ah” (membaca), “ki tabah” (menulis), “istima'” (mendengar), “muthala'ah” (mengulang), “tarjamah” (menerjemahkan), dan sebagainya (Mu'arif, 2005, h. 161). Belajar menurut Holt (1970) adalah sebuah proses pertumbuhan. Seseorang bisa belajar dari orang lain dan lingkungan sekitarnya. Yang paling penting adalah, “Pembelajar, baik kanak-kanak atau d e w a s a , p e n g a l a m a n n y a , k e t e r t a r i k a n n ya , p e r h a t i a n n ya , keingintahuannya, harapan dan k e t a k u t a n n y a , k e s u k a a n d a n ketidaksukaannya, dan hal-hal yang dia mahir, harus selalu menjadi pusat dalam pembelajarannya” (Holt, 1970, h. 37). Secara terstruktur sesuai dengan fungsinya yang berlaku dewasa ini, sekolah sebagaimana Mukhtar, Samsu dan Rusmini (2002) definisikan adalah “Suatu lembaga yang menghendaki kehadiran penuh kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-ruang kelas yang dipimpin guru untuk mempelajari materi ajar yang diturunkan dari kurikulum-kurikulum yang bertingkat” (h. 10). Dalam pengertian ini sekolah dibatasi hanya kepada tingkatan umur tertentu saja – yang biasanya antara umur 7 s/d 17 tahun – dan terjadi dalam ruang kelas. Guru berperan besar dalam melakukan proses belajar dengan memakai materi-materi yang telah ditentukan. Selanjutnya, apakah pendidikan i t u ? P e n d i d i k a n , s e b a g a i m a n a Goodman (1964) definisikan dalam “Compulsory Mid-Education” adalah “sebuah komunitas yang berfungsi dan terjadi secara natural, semenjak yang muda tumbuh berkembang dari yang tua, melalui kegiatan-kegiatan, dan masuk ke dalam institusi-institusi mereka; dan yang tua membina, m e n g a j a r, m e l a t i h , k e m u d i a n m e n y a l a h g u n a k a n y a n g m u d a ” (sebagaimana dikutip oleh Ozmon, 1970, h. 64). Pendidikan pada dasarnya adalah proses alamiah. 

Pendidikan berarti menurunkan kaidah-kaidah atau norma-norma tertentu dalam sebuah m a s ya ra k a t u n t u k d i wa r i s i d a n dikembangkan sampai seterusnya. Karena prosesnya yang turun-temurun, terkadang pendidikan juga bisa m e n d i k t e d e n g a n t e g a s p a r a p e w a r i s n y a t a n p a m e m a n d a n g kebutuhan dan perubahan zaman. Ratnawati (2002) menjelaskan b a h w a p e n d i d i k a n t i d a k h a n ya diperoleh dari pembelajaran di sekolah formal. Belajar dapat dilakukan dimana dan sumber mana saja. Anak-anak dapat belajar secara informal mulai dari cerita dongeng, buku, petualangan, t e l e v i s i , d a n c o m p u t e r . Menceritakan kisah dongeng, khususnya untuk anak-anak Indonesia, masih dianggap perlu sebagaimana masih berlaku umum di seluruh dunia. Hal ini dapat meningkatkan minat baca, mengembangkan imajinasi, dan bagaimana pun juga tidak dapat tergantikan oleh teknologi. Membaca buku adalah sebuah bagian penting dalam pendidikan. Disamping melatih anak-anak untuk membaca, hal ini juga menguatkan sebuah hubungan yang bagus diantara anggota keluarga. Merasakan petualangan adalah penting dalam kehidupan sehari-hari anak. Hal ini dapat mengasah kepedulian lingkungan anak dalam pikirannya, m e m b e r i k a n k e b e b a s a n u n t u k mengeksplorasi dan menciptakan apa yang dia inginkan, serta menanamkan solidaritas diantara teman-temannya. Menonton televisi juga bisa bermanfaat. Hal ini dapat menghubungkan anak antara dunia nyata dan tidak nyata, mengkritisi fenomena di sekitarnya, dan menjembatani pembelajaran digital. Dan yang terakhir, menguasai computer sangat penting dalam era teknologi ini. Hal ini dapat membuka kewaspadaan anak akan pengetahuan yang lebih luas, memotivasi untuk melakukan eksplorasi lebih, serta meningkatkan kemampuan membaca dan menulis anak. Sinyeu (May 14, 2012/8:39 p.m.)