Menunaikan ibadah haji yang merupakan salah satu rukun Islam yang ke lima wajib atas tiap-tiap insan yang telah mampu untuk melaksanakannya terlepas dari kesiapan diri si pelaksananya. Persepsi kita selama ini barang kali agak keliru. Pengertian mampu (istitha'ah) diartikan hanya bagi mereka yang berharta atau kaya. Ini kiranya pengertian yang perlu diluruskan. Mampu harus diartikan sebagai adanya kemauan, kesadaran dan usaha untuk mengikuti perintah Allah dengan sebaik- baiknya apapun profesi atau kegiatan yang ditekuninya. Apakah sebagai sopir, tukang sepatu, pedagang keliling, pedagang bakso/sate, pedagang sayur, tukang roti, tukang ojek, tukang becak, pengusaha, pegawai negeri, Angkatan Bersenjata, polisi, penerbang, nakhoda, pejabat negara dan lain sebagainya, setiap pribadi muslim tidak bisa lepas dari kewajiban untuk berhaji.
Memperhatikan bahwa haji itu bagian dari Rukun Islam yang lima, maka ia merupakan rukun yang harus dikerjakan oleh setiap muslim, apapun dan bagaimanapun keadaan rumah tangganya. Tidak boleh dari awal sudah memvonis dirinya tidak mampu, dengan alasan melihat keadaan hidupnya yang mungkin serba
kekurangan. Allah SWT pasti sudah memperhitungkan keadaan umat Islam bahwa ada yang dikategorikan miskin atau kekurangan ketika menetapkan haji sebagai bagian dari rukun Islam yang wajib bagi setiap umat Islam
Memperhatikan bahwa haji itu bagian dari Rukun Islam yang lima, maka ia merupakan rukun yang harus dikerjakan oleh setiap muslim, apapun dan bagaimanapun keadaan rumah tangganya. Tidak boleh dari awal sudah memvonis dirinya tidak mampu, dengan alasan melihat keadaan hidupnya yang mungkin serba
kekurangan. Allah SWT pasti sudah memperhitungkan keadaan umat Islam bahwa ada yang dikategorikan miskin atau kekurangan ketika menetapkan haji sebagai bagian dari rukun Islam yang wajib bagi setiap umat Islam
Di sisi lain, Menunaikan ibadah haji bagi sebagian jama'ah merupakan sesuatu yang luar biasa bagi yang pertama kali melaksanakannya karena bagi si jama'ah akan datang dan tiba di tempat yang paling mulia di bumi Allah, yaitu tempat Na b i Mu h amma d me n y amp a i k a n risalahnya dan tempat bagi Nabi Ibrahim memanggil para manusia untuk berhaji, tempatnya siti Hajar berjuang mencari air untuk Nabi Ismail sehingga terbentuknya sumur zamzam yang merupakan air yang sakral bagi jama'ah haji. Singkatnya tanah Mekkah dan Madinah merupakan tanahnya para ambiya Allah yang tiap tahun dipenuhi para jama'ah dari berbagi penjuru dunia ini. Tentunya, dalam melaksanakan i b a d a h h a j i p a r a j ama ' a h p e r l u mempersiapkan diri dari awal. Siap mental dan siap jiwa dan mempunyai niat yang ikhlas bukan dengan untuk niat y a n g l a i n . Pe r a n a n n i a t s a n g a t menentukan diterima tidaknya hasil aktivitas atau amalan manusia. Apabila niatnya tidak benar dan tidak pas maka akan tertolak semua amalan yang telah kita upayakan. Kemurnian niat perlu menjadi perhatian kita agar supaya ibadah dan amalan kita bukan ibadah dan amalan yang t idak mendatangkan m a n f a a t a t a u y a n g s i a - s i a .
Yang lebih penting lagi bagi jama'ah haji adalah kesiapan diri menyandang gelar haji setelah melaksanakannya yang bagi sebagian orang menjadi tugas berat karena sikap dan pribadinya juga harus berubah sesuai dengan gelar yang disandangnya. Pergi haji juga bukan tamasya atau bermain-main walapun memang ada bagi sebagian orang dijadikan sebagai pelancongannya ke negeri Arab tersebut sehingga ketika si pelaksananya pulang dan bal ik ke negerinya tidak ada sesuatu kenangan dan faedah apa – apa baginya. Sesuatu perbuatan yang baik juga harus diniatkan dengan baik pula dan harus diperhitungkan matang-matang, jangan sampai berhaji hanya menjadi pegangan supaya orang memanggilnya Tengku Haj i atau berbagai gelar kemuliaan lainnya. Semoga para jama'ah haji kita menjadi para jama'ah yang mempunyai niat yang ikhlas dan menjadi haji yang mabrur. Dan bagi kita yang belum ada kesempatan Insya Allah punya niat yang ikhlas juga agar Al lah memberikan kita kesempatan kelak. Amin. (Abrar, S.Pd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar