Bukankan berada di posisi yang tinggi itu sebuah kebanggaan? Dan berada di tempat rendah itu udik dan hina?Mungkin hal itu tidak sepenuhnya benar. Karena saya pernah membaca sebuah kisah tentang segumpal salju yang rela turun dari puncak sebuah gunung, dan menuju kebawah untuk melakukan sebuak pembuktian terbalik. Ada beberapa butiran salju yang hinggap pada sebuah batu dan batu itu
sendiri berada di puncak tertinggi sebuah gunung. Mendapati dirinya berada pada posisi paling tinggi tersebut mulai berimajinasi dalam dirinya. “Bukankah aku pantas bangga dan sombong sekarang, aku yang hanya segumpal salju tapi berada di tempat setinggi ini, sedangkan sejumlah besar salju yang lain berada jauh lebih rendah dariku.” Sejurus kemudian ia mulai berpikir dan berkata. “Tapi, ukuranku sungguh tidak sebanding dengan ketinggian ini, karena seperti hari – hari sebelumnya dengan mudah aku melihat apa yang dialami teman – temanku, yang hanya dalam beberapa jam lenyap oleh sengatan matahari itu. Ini terjadi karena mereka telah ditempatkan pada tempat yang lebih tinggi dari yang seharusnya.
Aku berharap bisa melarikan diri dari kemarahan sang matahari, menuruni lereng gunung, dan menemukan tempat yang cocok dengan ukuranku yang kecil ini.” Dan kemudian ia pun melemparkan dirinya kebawah dan mulai turun. Sementara berguling dan meluncur di lereng yang ditutupi salju, semakin dekat kebawah ukuran tubuhnya semakin besar pula. Sehingga saat ia menyelesaikan misinya menuruni bukit, ia mendapati dirinya tidak lebih kecil daripada bukit yang menyangganya. Dan itu merupakan salju terakhir musim panas yang dicairkan oleh matahari. Merupakan pelajaran berharga apa yang diajarkan oleh segumpal salju diatas.
Kita tidak seharusnya memaksakan diri untuk berada di tempat yang tidak seharusnya kita berada disana. Kita tidak perlu egois, mungkin ada orang lain yang lebih pantas berada pada posisi tersebut, dan ada pula tempat yang lebih pantas untuk kita. Mungkin kisah ini bisa menjadi salah satu parameter kita dalam memilih pemimpin, sehubungan dengan akan berlangsungnya Pemilihan Kepala Daerah ( p i l k a d a ) d i A c e h .
sendiri berada di puncak tertinggi sebuah gunung. Mendapati dirinya berada pada posisi paling tinggi tersebut mulai berimajinasi dalam dirinya. “Bukankah aku pantas bangga dan sombong sekarang, aku yang hanya segumpal salju tapi berada di tempat setinggi ini, sedangkan sejumlah besar salju yang lain berada jauh lebih rendah dariku.” Sejurus kemudian ia mulai berpikir dan berkata. “Tapi, ukuranku sungguh tidak sebanding dengan ketinggian ini, karena seperti hari – hari sebelumnya dengan mudah aku melihat apa yang dialami teman – temanku, yang hanya dalam beberapa jam lenyap oleh sengatan matahari itu. Ini terjadi karena mereka telah ditempatkan pada tempat yang lebih tinggi dari yang seharusnya.
Aku berharap bisa melarikan diri dari kemarahan sang matahari, menuruni lereng gunung, dan menemukan tempat yang cocok dengan ukuranku yang kecil ini.” Dan kemudian ia pun melemparkan dirinya kebawah dan mulai turun. Sementara berguling dan meluncur di lereng yang ditutupi salju, semakin dekat kebawah ukuran tubuhnya semakin besar pula. Sehingga saat ia menyelesaikan misinya menuruni bukit, ia mendapati dirinya tidak lebih kecil daripada bukit yang menyangganya. Dan itu merupakan salju terakhir musim panas yang dicairkan oleh matahari. Merupakan pelajaran berharga apa yang diajarkan oleh segumpal salju diatas.
Kita tidak seharusnya memaksakan diri untuk berada di tempat yang tidak seharusnya kita berada disana. Kita tidak perlu egois, mungkin ada orang lain yang lebih pantas berada pada posisi tersebut, dan ada pula tempat yang lebih pantas untuk kita. Mungkin kisah ini bisa menjadi salah satu parameter kita dalam memilih pemimpin, sehubungan dengan akan berlangsungnya Pemilihan Kepala Daerah ( p i l k a d a ) d i A c e h .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar