Sabtu, 17 September 2011

Intisari Khutbah Idul Fitri Oleh : TIM Lamuri

khatib di Mesjid Jami' Abu Indrapuri Ust. Bismi
Khalidin S. Ag MS, dan Imam Ust. Ziaurrahman. Dalam
khutbahnya ia mengajak kita semua membawa
kebiasaan beribadah dalam bulan ramadhan menjadi
rutinitas kita diluar ramadhan, iklas, jujur, mencintai anak
yatim, menghormati dan menyayangi orang tua, serta
saling memaafkan.

Sama halnya dengan Tgk. Mahdi. S. Ag yang
berkhutbah di Mesjid Al Mukarramah Jruek yang
menyatakan menyantuni anak yatim dalam merayakan
Idul Fitri, sangat di muliakan Allah.
Tgk. Saifullah Rayeuk yang berkhutbah di Masjid
Lama Indrapuri mengatakan ummat Islam di seluruh dunia
saat ini sedang krisis silaturrahmi, sehingga
menjadikannya tidak kompak dan bercerai-berai.
Disamping mengajak sesama untuk saling memaafkan,
dan yang menjadi imam adalah Tgk. Mahdi Yusuf.
Khatib Idul Fitri Masjid Asy-Syuhada Lampanah
Tgk. H. Azhar Ibrahim Lc, dalam khutbahnya mengajak
ummat muslim untuk menjauhkan diri dari sifat yang dapat
mecelakakan diri dan memutuskan tali silaturrahmi seperti
ghibah dan ghamimah yang bisa membawa seseorang ke
tali permusuhan. Imam adalah Tgk. H. Ahmad Rizal, Lc.
Di Masjid Al-Munawwarah Jantho khatib Ust.
Fathurrahmi, M.Si. yang mengulas sejarah kuatnya
keyakinan beragama orang Aceh Tempo dulu. Saat itu
orang Aceh berpegang teguh dengan Kalimah La Ilaha
Ilallah sehingga Nanggroe Aceh menjadi negeri yang
makmur dan sejahtera. Sementara yang bertindak selaku
imam yaitu Ust. T. Mardhatillah, S.Hi, MH.
Mesjid At-Taubah Lheue dan Cureh menghadirkan
Ustadz. Ismu Ridha sebagai khatib, yang menjelaskan
cirri-ciri orang bertaqwa antara lain menginfaqkan harta,
pikiran, untuk Agama Allah baik diwaktu lapang maupun
sempit, mampu mengontrol emosi, memaafkan, berlaku
baik pada semua manusia, dan segera bertaubat atas dosa
yang dilakukan. Yang menjadi Imam Tgk. Abdul Hakim,
AH. (Herman, Adia, Abrar, Zulfan, Rasyidi, Ismu)

Minoritas Non-Muslim di Negeri Syari’at Oleh : Baihaqi

Masih ingatkah kita dengan berita
mengenai aliran sesat yang mewabah
remaja Aceh beberapa bulan yang lalu ? Itu
merupakan pengalaman pahit yang
membekas pada masyarakat Aceh, betapa
tidak, Aceh yang merupakan propinsi satusatunya
di Indonesia yang menerapkan
Syariat Islam ternyata mampu dimasuki
oleh jaringan aliran sesat yang mewabah
kepada ratusan remaja berintelektual.
Jumlah Muslim di dunia mencapai + 700
juta pemeluk, di Indonesia sendiri
mencapai 90% dari total penduduk, dan di
Aceh berjumlah 97,6% dari total
penduduk.
Namun demikian, bukan berarti
mayoritas Muslim mengucilkan minoritas
non-Muslim, itu kesalahan besar.
Hubungan antara sesama warga Negara,
yang muslim ataupun yang bukan muslim
sepenuhnya ditegakkan atas dasar
toleransi, keadilan, kebajikan, dan kasih
sayang, yaitu dasar-dasar yang tidak pernah
dikenal oleh kehidupan manusia sebelum
Islam, dan beberapa abad kemudian,
s e h i n g g a me n d o r o n g k e d a l am
pertentangan berdarah dengan mereka
yang berlainan agama, ras ataupun warna
kulit.
Namun mengapa masih terjadi hal-hal
yang demikian ? Apakah kita selaku
Muslim yang baik tidak ingat kepada
Firman Allah di dalam Surat al-
Mumtahanah ayat 8-9 ?
“ Allah tiada melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada pula mengusir kamu dari negeri
mu, Sesungguhnya Allah menyukai orangorang
yang berlaku adil. Allah hanya
melarang kamu menjadikan sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangimu
karena agama, dan mengusir kamu dri
negerimu dan membantu orang lain untuk
mengusirmu, dan barangsiapa yang
menjadikan mereka sebagai kawan, maka
itulah orang-orang yang zalim”(Q.S.60:8-
9).
Prof.Dr.H.Mahmud Yunus sendiri
menafsirkan ayat tersebut bahwa Islam
boleh berbuat baik dan berlaku adil kepada
orang-orang kafir yang tidak memerangi
mereka. Yang dilarang Allah hanyalah
mengangkat pemimpin dari orang-orang
kafir yang memerangi mereka dan
mengusir mereka dari tanah airnya. Oleh
sebab itu salahlah persepsi orang-orang
(kafir) itu sendiri yang mengatakan bahwa
Islam menyuruh memerangi semua orangorang
kafir dan merampas hartanya. Dalam
surat al-Baqarah ayat 190 menambah
keterangan lagi yaitu: “ Hendaklah kamu
perangi pada jalan Allah orang-orang yang
memerangi kamu dan janganlah kamu
melampaui batas”.

Di dalam Islam, warga Negara non-
Muslim disebut dengan Ahludz-Dzimmah
atau Adz-Dzimmiyyun. Kata Dzimmah
berarti perjanajian, jaminan, keamanan.
Mereka dinamakan demikian karena telah
memiliki jaminan perjanjian ('ahd) Allah dan
Rasul serta jamaah kaum Muslimin untuk
hidup dengan aman dan tenteram di bawah
perlindungan Islam dan dalam lingkungan
masyarakat Islam, jadi bisa dikatakan bahwa
mereka mendapat jaminan keamanan kaum
Muslimin berdasarkan akad Dzimmah. Ada
beberapa hak yang diberikan kaum Muslimin
ketika mereka bertempat tinggal di sebuah
Negara Islam.
Yang pertama adalah hak untuk
menikmati perlindungan negara,perlindungan
ini mencakup segala macam pelanggaran
(serangan) baik dari luar maupun dari dalam
negeri itu sendiri, seperti Sabda Nabi :
“Barang siapa mengganggu seorang Dzimmi,
sungguh ia telah menggangguku, dan barang
siapa menggangguku sungguh ia telah
mengganggu Allah”. (H.R.Thabrani)
Yang kedua adalah perlindungan nyawa
dan badan, kaum Fuqaha telah bersepakat
bahwa pembunuhan yang dilakukan terhadap
seorang Dzimmi merupakan dosa besar.
Keselamatan mereka dilindungi oleh Islam,
demikian pula anggota badan mereka
dilindungi dari tindakan pemukulan dan
penyiksaan,sekalipun mereka terlambat
melaksanakan kewajiban keuangan yang
ditetapkan seperti jizyah dan kharaj.
Yang ketiga adalah perlindungan harta
benda, dimana ini merupakan kesepakatan
kaum Muslimin dari semua madzhab bahwa
perlindungan harta benda mereka sama
halnya dengan perlindungan terhadap jiwa
dan badan mereka. Diantara pesan-pesan
Umar kepada Abu Ubaidah adalah :
“Cegahlah kaum Muslimin dari tindak zalim
terhadap mereka (yakni Ahludz-Dzimah),
menggaggu,ataupun memakan harta mereka
k e c u a l i d e n g a n c a r a - c a r a y a n g
menghalalkannya”.
Yang keempat adalah perlindungan
terhadap kehormatan, Islam memberikan
perlindungan tehadap kehormatan dan harga
diri seoran dzimmi seperti halnya terhadap
kaum Muslimin, siapa saja tidaklah boleh
menc a c i s eor ang dz immi a t aupun
menunjukkan tuduhan palsu terhadapnya.
Selain itu Islam juga memberikan hak
terhadap kebebasan bekerja, berusaha, serta
juga memberikan terhadap jabatan dalam
pemerintahan, kecuali jabatan yang memiliki
warna keagamaan, pemimipin tertinggi
negara, panglima tentara, hakim untuk kaum
Muslimin dan sebagainya. Bahkan pada masa
pemerintahan Abbasiyah pun, jabatan
kementerian pelaksanaan bebearpa kali telah
dipegang oleh orang-orang Nasrani, yaitu
Nashr (309 H) dan Isa bin Nasthores (380H).
Dan masih banyak lagi hak-hak Ahludz-
Dzimmah yang hidup di negara Islam, disini
saya hanya menjelaskan beberapa intinya
saja.

Disamping hak yang diperoleh oleh
Ahludz-Dzimmah, mereka juga wajib
memenuhi beberapa kewajiban terhadap
kaum Muslimin.Di dalam sebuah buku
karangan Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul
”Minoritas Non-Muslim di dalam
Masyarakat Islam” dicantumkan beberapa
kewajiban mereka, yaitu;
Yang pertama adalah mereka wajib
membayar jizyah ( semacam zakat)
tahunan atas tiap kepala berupa sejumlah
uang kecil yang dikenakan terhadap pria
baliqh dan memiliki kemampuan,
sedangkan fakir miskin di bebaskan sama
sekali daripadanya. Nmaun jizyah tidak
berlaku lagi bila Ahludz-Dzimmah telah
memeluk Islam.
Juga mereka dikenakan Kharaj
( s ema c am p a j a k k e k a y a a n a t a s
tanah),Ahludz-Dzimmah tetap dikenakan
kharaj walaupun ia telah memeluk Islam.
Yang kedua, Ahludz-Dzimmah (dzimmi)
berkewajiban untuk berkomitmen atau
tunduk terhadap perundang-undangan
Islam yang tidak menyentuh aqidahaqidah
mereka. Sebagian kalangan
Fuqaha berpendapat, jika mereka
meminta Islam mengadili diantara
mereka, maka kita kaum Muslimin
dibolehkan memilih apakah akan
memperlakukan hukum syariat atau
bersikap netral.
Dan yang terakhir adalah Ahludz
dzimmah berkewajiban untuk menghormati
kaum Muslimin. Mereka wajib menjaga
pergaulan,busana, dan tidak dibenarkan
pula mempopulerkan berbagai aqidah dan
ideologi yang bertentangan dengan aqidah
agama negara. Mereka tidak boleh secara
terang-terangan meminum khamr, makan
daging babi,walaupun di dalam keyakinan
mereka khamr dan babi itu hal yang
dibolehkan.
Apa yang telah saya uraikan adalah
bukannya Islam hendak berlaku sewenang
wenang terhadap minoritas non-Muslim
(yang telah memiliki perjanjian dengan
kaum Muslimin) atau pun bersikap
berlebihan terhadap mereka. Namun
sesungguhnya Islam itu adalah agama yang
lembut tapi tegas, menghormati hak-hak
orang lain dan agama yang cinta
perdamaian. Jika masyarakat non-Muslim
telah menghormati hak-hak setiap kaum
Muslimin dan tidak selalu berburuk sangka,
maka saya kira tidak akan ada yang
namanya perang antar agama, ras, ataupun
warna kulit.Terkait Penyebaran aliran sesat
beberapa bulan lalu, ini merupakan
pelangaran hak yang harus ditindak tegas
oleh penegak hukum di Aceh, tak khayal
seluruh masyrakatAceh menginginkan agar
dalang penyebaran agama sesat tersebut di
hukum mati. (Penulis adalah Remaja Masjid
Sibreh - Suka Makmur)-

Menuju Ke Arah Pengembangan Pendidikan Alternatif (Bagian Pertama) Oleh : Ahmad Faizuddin, M.Ed

Apa yang terbayang dalam benak
anda ketika membaca sebuah tulisan
tentang pendidikan alternatif?
Mayoritas diantara kita pastiakan
berpendapat bahwa pendidikan
alternatif adalah pendidikan di luar
sekolah. Pendapat tersebut ada
benarnya, tapi pendidikan yang
bagaimanakah yang diharapkan dari
sebuah alternatif tersebut? Apakah
kita perlu menciptakan sebuah
alternatif pendidikan diluar sekolah?
Pe n d i d i k a n a l t e r n a t i f d i
Indonesia khususnya untuk anakanak
yang kurang beruntung
merupakan isu yang sangat penting
dan menantang untuk ditinjau.
Bangsa kita telah menjalani
pembangunan selama lebih dari 60
tahun. Banyak kemajuan yang
dicapai selama kurun waktu tersebut.
Akan tetapi tantangan pendidikan
yang kita hadapi senantiasa
sama dari satu periode keperiode
selanjutnya. Disadvantaged students
atau siswa yang kurang beruntung
masih tetap menghadapi problema
yang sama yaitu terbatasnya
kesempatan untuk mengecap
pendidikan. Oleh karena itu,
menciptakan sebuah pendidikan
alternatif yang praktis khususnya
untuk anak-anak yang kurang
beruntung tersebut merupakan hal
yang sangat penting pada saat
sekarang dan untuk masa yang akan
datang.
Tulisan ini akan memuat secara
berseri tentang konsep, sejarah,
tujuan, karakteristik, philosofi dan
dasar-dasar pendidikan alterntif.
Secara lebih luas seri tulisan ini juga
akan membahas ide umum tentang
sekolah, pendidikan, pendidikan
alternatif, dan mengapa pendidikan
alternatif tersebut diperlukan.
Selanjutnya sebagai perbandingan
penul i s juga akan mencoba
memberikan beberapa contoh model
pendidikan alternatif yang ada di
Indonesia dan di beberapa Negara
lainnya di dunia dengan harapan bisa
m e n j a d i m a s u k a n u n t u k
pengembangan pendidikan bangsa.

KonsepPendidikanAlternatif
B a n y a k p a k a r t e l a h
mendefinisikan tentang konsep
pendidikan alternatif berdasarkan
pandangan dan era mereka hidup. Di
ma s a p e n j a j a h a n k o l o n i a l ,
pendidikan alternatif menurut Ki
Hajar Dewantara adalah system
pendidikan di luar pengaruh kolonial
yang memberi kankesempatan untuk
belajar dan kemauan keras untuk
hidup dan kehidupan (Wahyudi,
2007). Di era modern, Morley (1991)
memberikan definisi pendidikan
alternatif sebagai berikut:
A means of ensuring that every
young person may find a path to the
educational goals of the community
(sebuah upaya untuk memastikan
bahwa setiap orang bisa menemukan
jalan kearah tujuan pendidikan dari
masyarakatnya);
A means of accommodating our
cultural pluralism making available a
multitude of options (sebuah upaya
mengakomodir kemajemukan
budaya kita yang bisa memberikan
pilihan yang beragam);
A means of providing choices to
enable each person to succeed and be
p r o d u c t i v e ( s e b u a h u p a y a
penyediaan pilihan-pilihan yang bisa
membuat setiap orang sukses dan
produktif);
A means of recognizing the
strengths and values of each
individual by seeking and providing
the best available options for all
students (sebuah upaya mengenali
kelebihan dan nilai dari setiap
individu dengan jalan mencari dan
menyediakan pilihan terbaik untuk
setiap siswa);
A sign of excellence in any public
school system and community
(sebuah bentuk keberhasilan di
sekolah umum dan di dalam
masyarakat);
A means for addressing the
transformation of our schools (sebua
hupaya menuju transformasi
sekolah-sekolah). (Sebagaimana di
kutip oleh Chalker & Brown, 1999, h.
33).

MARI BERBAGI SAYANG SESAMA MAKHLUK Oleh : Rasyidi

Tidaklah kasih sayang melekat pada
d i r i s e s e o r a n g k a c u a l i a k a n
memperindah orang tersebut. Tidaklah
kasih sayang terlepas dari diri seseorang
kecuali akan memperburuk dan
menghinakan orang tersebut. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya jika kita
merindukan kasih sayang, perhatian, dan
perlindungan Allah SWT. Untuk
kemudian meneladaninya dengan
menjadikan diri kita penebar kasih
sayang kepada sesama.
Kasih sayang dapat diibaratkan
pancaran sinar mata hati pada pagi hari.
Dari dulu sampai sekarang, ia terus menerus
memancarkan sinarnya dan ia tidak
mengharap sedikitpun sang cahaya yang
telah terpancar kembali pada dirinya.
Seharusnya, seperti itulah sumber kasih
sayag di kalbu kita. Ia benar-benar
melimpah terus, tidak pernah ada habisnya.
Untuk memunculkan kepekaan dalam
menyayangi orang lain, kita bisa
mengawalinya dengan menyayangi diri
sendiri. Hadapkanlah tubuh ini ke cermin
seraya bertanya, “Apakah wajah indah ini
akan bercahaya di akhirat nanti atau justru
sebaliknya, wajah ini akan gosong terbakar
nyala api Jahannam !”
Tataplah hitamnya mata kita, apakah
mata ini, mata yang bisa menatap Allah,
menatap Rasulullah SAW, menatap para
kekasih Allah di surga kelak atau malah
akan terburai karena maksiat yang pernah
dilakukannya? bibir kita, apakah ia akan
tersenyum gembira di surga sana atau
malah bibir yang lidahnya akan menjulur
tercabik-cabik karena fitnah yang
merajalela ?
Perhatikan pada tubuh tegap kita,
apakah ia akan berpendar penuh cahaya di
surga sana sehingga layak berdampingan
dengan pemilik tubuh mulia, Rasulullah
SAW atau tubuh ini malah akan membara,
menjadi bahan bakar bersama hangusnya
batu-batu dalam kerak Jahannam ?
Bersihnya kulit kita, renungkanlah
apakah ia akan menjadi indah bercahaya
ataukah akan hitam legam karena gosong
dijilat lidah api Jahannam ? mudahmudahan
dengan bercermin sambil
menafakuri diri, kita akan lebih mempunyai
kekuatan untuk menjaga diri kita.
Setelah itu jauhkanlah diri kita dari
meremehkan makhluk ciptaan Allah sebab
Allah tidak menciptakan makhluknya
dengan sia-sia. Semua yang diciptakan Allah
SWT, penuh dengan ilmu dan pelajaran.
Semua yang bergerak, yang terlihat, yang
terdengar dan apa saja karunia Allah Azza
Wa Jalla adalah sarana bertafakur kalau hati
ini bisa merabanya dengan penuh kasih
sayang.

Tidaklah kasih sayang melekat pada diri
seseorang kacualin akan memperindah
orang tersebut. Tidaklah kasih sayang
terlepasa dari diri seseorang kecuali akan
memperburuk dan menghinakan orang
tersebut. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya jika kita merindukan kasih
sayang, perhatian, dan perlindungan Allah
SWT. Untuk kemudian meneladaninya
dengan menjadikan diri kita penebar kasih
sayang kepada sesama.
Kasih sayang dapat diibaratkan pancaran
sinar mata hati pada pagi hari. Dari dulu
sampai sekarang, ia terus menerus
memancarkan sinarnya dan ia tidak
mengharap sedikitpun sang cahaya yang telah
terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya,
seperti itulah sumber kasih sayag di kalbu kita.
Ia benar-benar melimpah terus, tidak pernah
ada habisnya.
Untuk memunculkan kepekaan dalam
menyayangi orang lain, kita bisa
mengawalinya dengan menyayangi diri
sendiri. Hadapkanlah tubuh ini ke cermin
seraya bertanya, “Apakah wajah indah ini akan
bercahaya di akhirat nanti atau justru
sebaliknya, wajah ini akan gosong terbakar
nyala api Jahannam !”
Tataplah hitamnya mata kita, apakah
mata ini, mata yang bisa menatap Allah,
menatap Rasulullah SAW, menatap para
kekasih Allah di surga kelak atau malah
akan terburai karena maksiat yang
pernah dilakukannya ? bibir kita, apakah
ia akan tersenyum gembira di surga sana
atau malah bibir yang lidahnya akan
menjulur tercabik-cabik karena fitnah
yang merajalela ?
Perhatikan pada tubuh tegap kita,
apakah ia akan berpendar penuh cahaya
d i s u r g a s a n a s e h i n g g a l a y a k
berdampingan dengan pemilik tubuh
mulia, Rasulullah SAW atau tubuh ini
malah akan membara, menjadi bahan
bakar bersama hangusnya batu-batu
dalam kerak Jahannam ?
Bersihnya kulit kita, renungkanlah
apakah ia akan menjadi indah bercahaya
ataukah akan hitam legam karena gosong
dijilat lidah api Jahannam ? mudahmudahan
dengan bercermin sambil
menafakuri diri, kita akan lebih
mempunyai kekuatan untuk menjaga diri
kita.
Setelah itu jauhkanlah diri kita dari
meremehkan makhluk ciptaan Allah
s ebab Al l ah t idak menc ipt akan
makhluknya dengan sia-sia. Semua yang
diciptakan Allah SWT, penuh dengan ilmu
dan pelajaran. Semua yang bergerak, yang
terlihat, yang terdengar dan apa saja
karunia Allah Azza Wa Jalla adalah sarana
bertafakur kalau hati ini bisa merabanya
dengan penuh kasih sayang.
(Rasyidi, Kota jantho, Aceh Besar, dari
berbagai sumber)