Selasa, 21 Februari 2012

Tradisi KANDURI BLANG Di Gampong Lampanah, Indrapuri

Khanduri Blang sebuah tradisi turun temurun yang diadakan sebelum masa panen tiba atau ketika padi akan mulai masak merupakan adat istiadat yang masih melekat di Gampong Lampanah Kecamatan Indrapuri Aceh Besar. Beberapa tahun yang lalu adat ini jarang dilaksanakan karena konflik mendera negeri Aceh ini. Senin, 23 Januari 2012 lalu kenduri ini kembali diadakan oleh masyarakat Lampanah sebagai rasa syukur kepada Allah dan sarana mengajak masyarakat bersatu padu dalam mengatasi permasalahan pertanian.

Di zaman dulu, bagi sebagian masyarakat Aceh, kenduri blang ini masih berupa adat istiadat yang tradisinya masih sangat kental dengan pengaruh budaya hindu dan animisme. Sebelum masa penanaman benih dimulai, dikenal satu tradisi yang disebut Khanduri ulee Lhueng atau Babah Lhueng yang dilaksanakan pada saat air dimasukkan ke dalam alur pengairan dipimpin oleh seorang Kuejren Blang dengan melibatkan para petani yang memiliki areal persawahan di daerah tersebut. Upacara ini biasanya diselenggarakan secara m a s s a l . 

D a l a m u p a c a r a i n i d i l a k s a n a k a n r i t u a l b e r u p a penyembelihan hewan seperti kerbau dan kambing pada babah Lhueng atau mulut parit pengairan menuju lahan, sehingga darah yang mengalir ke parit mengalir bersama air ke lahan-lahan persawahan milik petani tadi. Menurut para petani, berkah dan doa yang diucapkan agar benih padi yang mereka tanam nantinya akan tumbuh subur akan mengalir melalui media darah ke setiap petak sawah y a n g a d a . N a m u n , s e i r i n g perkembangan jaman dan masyarakat yang semakin paham dengan pengaruh hindu ini dan bertentangan dengan islam, kebiasaan itu lambat laun ditinggalkan dan mulai pudar. Sekarang kenduri blang diadakan bertujuan untuk mengajak seluruh masyarakat untuk sama-sama berdo'a kepada Allah agar senantiasa diberikan rahmat atas kerja keras masyarakat dalam bercocok tanam padi. Dan pada kesempatan itu juga salah seorang sesepuh adat atau tokoh masyarakat akan memberikan arahan-arahan dan nasehat tentang bagaimana bercocok tanam yang baik dan saling menjaga persatuan dalam hal pertanian sehingga masyarakat juga akan samas a m a m e r a s a k a n h a s i l y a n g memuaskan ketika panen tiba. 

Menurut masyarakat yang ditemui Lamuri mengatakan sebenarnya Khanduri Blang dilakukan masyarakat Aceh dalam setahun sebanyak tiga kali yaitu menjelang turun ke sawah, ketika padi berbuah dan sesudah masa menuai (panen). Dan Khanduri yang dilakukan warga Lampanah ini, disebut khanduri dara pade (ketika padi mulai berbuah) yang berumur dua bulan. Ketika Tim L a m u r i s a m p a i d i G a m p o n g Lampanah, terlihat jelas hamparan hijaunya tanaman padi yang mulai mengeluarkan biji, dan dari kejauhan terlihat masyarakat mulai dari usia dewasa dan anak - anak berkumpul duduk dialas tikar dibawah pohon. Terdengar suara zikir, dan ungkapan doa' dibacakan seorang tengku imum, meminta kepada sang Khalik, agar diberikan rahmat dan rezeki dan tanaman padi mereka terbebas dari berbagai penyakit. S e l a n j u t n y a d i a k h i r i d e n g a n menyantap makanan bersama yang dibawa masyarakat. Keuchik Gampong Lampanah Tunong, Mahya Zakwan, S.Ag mengatakan, 65 persen warganya bermata pencaharian sebagai petani, dan dalam mencukupi kebutuhan keluarga sangat tergantung terhadap hasil panen. Selama beberapa tahun terakhir, tepatnya pasca keamanan Aceh mulai kondusif, masyarakat begitu giat menanam padi disawah, karena disektor tersebutlah kebutuhan mereka tercukupi, dan sudah sepantasnya masyarakat bersyukur kepada Allah, salah satunya dengan mengelar “khanduri dara pade” meminta kesalamatan dan keberkahan agar diberikan hasil panen melimpah, terbebas dari hama, “dan kenduri blang i n i j u g a m e n u n j u k k a n a k a n kekompakan dan persatuan warga Lampanah dalam hal pertanian, sebut Mahya.


Sementara Imam Masjid setempat Tgk. Saifullah M. Ali menjelaskan, mensyukuri hasil panen yang melimpah kepada Allah, masih melekat di warga Lampanah, setiap khanduri blang dilaksanakan, anak – anak diajak untuk mengikuti dan melihat warisan nenek moyang, dengan maksud bila yang tua sudah meninggal, yang muda bisa terus meneruskannya. Menurutnya, dalam setiap usaha yang dilakukan manusia, pasti akan mendapatkan cobaan, begitu j u g a d a l a m b e r t a n i , s a n g a t dimungkinkan terjadi gagal panen disebabkan kekurangan air karena kemarau dan gangguan hama, seperti tikus, keong mas dan wereng. Namun berkat kesabaran dan doa kepada sang Khalik, semua gangguan tersebut dapat diberantas, berkat kerja keras masyarakat, menjaga dan merawat tanaman padi dari serangan hama dengan rajin memberikan pupuk dan pestisida nabati. Kurangnya air yang mengairi persawahan, juga disampaikan beberapa warga. Selama ini air sawah hanya diharapkan dari air tadah hujan karena belum siapnya saluran irigasi d a r i Wa d u k K e l i l i n g y a n g direncanakan mengairi sawah di Gampong Lampanah. Warga juga mengharapkan, kepada Pemkab Aceh Besar, agar memperhatikan pengairan irigasi agar seluruh lahan pertanian ditempat mereka, dapat diairi dengan maksimal dan hasil panen menjadi berkualitas.(Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar