Minggu, 03 Juni 2012

Menuju Ke Arah Pengembangan Pendidikan Alternatif (Bagian Kesembilan) Oleh: Ahmad Faizuddin, M.Ed

S e k o l a h , P e n d i d i k a n , d a n Pendidikan Alternatif (1) 
Sekolah itu apa sih? Dan apa pula yang dimaksud dengan pendidikan? Dalam bagian ini, Penulis akan mengaitkan antara sekolah, pendidikan, dan pendidikan alternatif. Pemakaian kata “sekolah” dan “pendidikan” akan dijelaskan berdasarkan pendapat para ahli dalam bidangnya. Kemudian kedua istilah tersebut akan dihubungkan dengan isu pendidikan alternatif. Pertama sekali, apakah sekolah itu? Mendengar kata “sekolah” mungkin kita akan langsung mengingat sebuah situasi dimana belajar dan mengajar terjadi, adanya gedung tempat belajar dan berbagai macam fasilitas, aktivitas rutin sehari-hari yang sudah teratur, dan sebagainya. Perlu kita ketahui bersama bahwa pada kenyataannya, kata “sekolah” dalam bahasa Latin aslinya (skhole, scola, scolae or schola) mempunyai arti, “waktu luang” atau “waktu senggang” (Topatimasang, 1998, h. 5). Jadi sekolah sebenarnya adalah memanfaatkan waktu luang yang ada pada diri seseorang dengan tujuan mendapatkan sesuatu (baca: ilmu). 

Berdasarkan pengertian ini, maka proses belajar mengajar di sekolah haruslah gembira dan menyenangkan. Lebih lanjut, secara normal, belajar seringkali disamakan dengan istilah “qira'ah” (membaca), “ki tabah” (menulis), “istima'” (mendengar), “muthala'ah” (mengulang), “tarjamah” (menerjemahkan), dan sebagainya (Mu'arif, 2005, h. 161). Belajar menurut Holt (1970) adalah sebuah proses pertumbuhan. Seseorang bisa belajar dari orang lain dan lingkungan sekitarnya. Yang paling penting adalah, “Pembelajar, baik kanak-kanak atau d e w a s a , p e n g a l a m a n n y a , k e t e r t a r i k a n n ya , p e r h a t i a n n ya , keingintahuannya, harapan dan k e t a k u t a n n y a , k e s u k a a n d a n ketidaksukaannya, dan hal-hal yang dia mahir, harus selalu menjadi pusat dalam pembelajarannya” (Holt, 1970, h. 37). Secara terstruktur sesuai dengan fungsinya yang berlaku dewasa ini, sekolah sebagaimana Mukhtar, Samsu dan Rusmini (2002) definisikan adalah “Suatu lembaga yang menghendaki kehadiran penuh kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-ruang kelas yang dipimpin guru untuk mempelajari materi ajar yang diturunkan dari kurikulum-kurikulum yang bertingkat” (h. 10). Dalam pengertian ini sekolah dibatasi hanya kepada tingkatan umur tertentu saja – yang biasanya antara umur 7 s/d 17 tahun – dan terjadi dalam ruang kelas. Guru berperan besar dalam melakukan proses belajar dengan memakai materi-materi yang telah ditentukan. Selanjutnya, apakah pendidikan i t u ? P e n d i d i k a n , s e b a g a i m a n a Goodman (1964) definisikan dalam “Compulsory Mid-Education” adalah “sebuah komunitas yang berfungsi dan terjadi secara natural, semenjak yang muda tumbuh berkembang dari yang tua, melalui kegiatan-kegiatan, dan masuk ke dalam institusi-institusi mereka; dan yang tua membina, m e n g a j a r, m e l a t i h , k e m u d i a n m e n y a l a h g u n a k a n y a n g m u d a ” (sebagaimana dikutip oleh Ozmon, 1970, h. 64). Pendidikan pada dasarnya adalah proses alamiah. 

Pendidikan berarti menurunkan kaidah-kaidah atau norma-norma tertentu dalam sebuah m a s ya ra k a t u n t u k d i wa r i s i d a n dikembangkan sampai seterusnya. Karena prosesnya yang turun-temurun, terkadang pendidikan juga bisa m e n d i k t e d e n g a n t e g a s p a r a p e w a r i s n y a t a n p a m e m a n d a n g kebutuhan dan perubahan zaman. Ratnawati (2002) menjelaskan b a h w a p e n d i d i k a n t i d a k h a n ya diperoleh dari pembelajaran di sekolah formal. Belajar dapat dilakukan dimana dan sumber mana saja. Anak-anak dapat belajar secara informal mulai dari cerita dongeng, buku, petualangan, t e l e v i s i , d a n c o m p u t e r . Menceritakan kisah dongeng, khususnya untuk anak-anak Indonesia, masih dianggap perlu sebagaimana masih berlaku umum di seluruh dunia. Hal ini dapat meningkatkan minat baca, mengembangkan imajinasi, dan bagaimana pun juga tidak dapat tergantikan oleh teknologi. Membaca buku adalah sebuah bagian penting dalam pendidikan. Disamping melatih anak-anak untuk membaca, hal ini juga menguatkan sebuah hubungan yang bagus diantara anggota keluarga. Merasakan petualangan adalah penting dalam kehidupan sehari-hari anak. Hal ini dapat mengasah kepedulian lingkungan anak dalam pikirannya, m e m b e r i k a n k e b e b a s a n u n t u k mengeksplorasi dan menciptakan apa yang dia inginkan, serta menanamkan solidaritas diantara teman-temannya. Menonton televisi juga bisa bermanfaat. Hal ini dapat menghubungkan anak antara dunia nyata dan tidak nyata, mengkritisi fenomena di sekitarnya, dan menjembatani pembelajaran digital. Dan yang terakhir, menguasai computer sangat penting dalam era teknologi ini. Hal ini dapat membuka kewaspadaan anak akan pengetahuan yang lebih luas, memotivasi untuk melakukan eksplorasi lebih, serta meningkatkan kemampuan membaca dan menulis anak. Sinyeu (May 14, 2012/8:39 p.m.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar