S e k o l a h , P e n d i d i k a n , d a n
Pendidikan Alternatif (1)
Sekolah itu apa sih? Dan apa pula
yang dimaksud dengan pendidikan?
Dalam bagian ini, Penulis akan
mengaitkan antara sekolah, pendidikan,
dan pendidikan alternatif. Pemakaian
kata “sekolah” dan “pendidikan” akan
dijelaskan berdasarkan pendapat para
ahli dalam bidangnya. Kemudian kedua
istilah tersebut akan dihubungkan
dengan isu pendidikan alternatif.
Pertama sekali, apakah sekolah itu?
Mendengar kata “sekolah” mungkin kita
akan langsung mengingat sebuah
situasi dimana belajar dan mengajar
terjadi, adanya gedung tempat belajar
dan berbagai macam fasilitas, aktivitas
rutin sehari-hari yang sudah teratur, dan
sebagainya. Perlu kita ketahui bersama
bahwa pada kenyataannya, kata
“sekolah” dalam bahasa Latin aslinya
(skhole, scola, scolae or schola)
mempunyai arti, “waktu luang” atau
“waktu senggang” (Topatimasang,
1998, h. 5). Jadi sekolah sebenarnya
adalah memanfaatkan waktu luang
yang ada pada diri seseorang dengan
tujuan mendapatkan sesuatu (baca:
ilmu).
Berdasarkan pengertian ini, maka
proses belajar mengajar di sekolah
haruslah gembira dan menyenangkan.
Lebih lanjut, secara normal, belajar
seringkali disamakan dengan istilah
“qira'ah” (membaca), “ki tabah”
(menulis), “istima'” (mendengar),
“muthala'ah” (mengulang), “tarjamah”
(menerjemahkan), dan sebagainya
(Mu'arif, 2005, h. 161). Belajar menurut
Holt (1970) adalah sebuah proses
pertumbuhan. Seseorang bisa belajar
dari orang lain dan lingkungan
sekitarnya. Yang paling penting adalah,
“Pembelajar, baik kanak-kanak atau
d e w a s a , p e n g a l a m a n n y a ,
k e t e r t a r i k a n n ya , p e r h a t i a n n ya ,
keingintahuannya, harapan dan
k e t a k u t a n n y a , k e s u k a a n d a n
ketidaksukaannya, dan hal-hal yang dia
mahir, harus selalu menjadi pusat dalam
pembelajarannya” (Holt, 1970, h. 37).
Secara terstruktur sesuai dengan
fungsinya yang berlaku dewasa ini,
sekolah sebagaimana Mukhtar, Samsu
dan Rusmini (2002) definisikan adalah
“Suatu lembaga yang menghendaki
kehadiran penuh kelompok-kelompok
umur tertentu dalam ruang-ruang kelas
yang dipimpin guru untuk mempelajari
materi ajar yang diturunkan dari
kurikulum-kurikulum yang bertingkat”
(h. 10). Dalam pengertian ini sekolah
dibatasi hanya kepada tingkatan umur
tertentu saja – yang biasanya antara
umur 7 s/d 17 tahun – dan terjadi dalam
ruang kelas. Guru berperan besar dalam
melakukan proses belajar dengan
memakai materi-materi yang telah
ditentukan.
Selanjutnya, apakah pendidikan
i t u ? P e n d i d i k a n , s e b a g a i m a n a
Goodman (1964) definisikan dalam
“Compulsory Mid-Education” adalah
“sebuah komunitas yang berfungsi dan
terjadi secara natural, semenjak yang
muda tumbuh berkembang dari yang
tua, melalui kegiatan-kegiatan, dan
masuk ke dalam institusi-institusi
mereka; dan yang tua membina,
m e n g a j a r, m e l a t i h , k e m u d i a n
m e n y a l a h g u n a k a n y a n g m u d a ”
(sebagaimana dikutip oleh Ozmon,
1970, h. 64). Pendidikan pada dasarnya
adalah proses alamiah.
Pendidikan
berarti menurunkan kaidah-kaidah atau
norma-norma tertentu dalam sebuah
m a s ya ra k a t u n t u k d i wa r i s i d a n
dikembangkan sampai seterusnya.
Karena prosesnya yang turun-temurun,
terkadang pendidikan juga bisa
m e n d i k t e d e n g a n t e g a s p a r a
p e w a r i s n y a t a n p a m e m a n d a n g
kebutuhan dan perubahan zaman.
Ratnawati (2002) menjelaskan
b a h w a p e n d i d i k a n t i d a k h a n ya
diperoleh dari pembelajaran di sekolah
formal. Belajar dapat dilakukan dimana
dan sumber mana saja. Anak-anak
dapat belajar secara informal mulai dari
cerita dongeng, buku, petualangan,
t e l e v i s i , d a n c o m p u t e r .
Menceritakan kisah dongeng,
khususnya untuk anak-anak Indonesia,
masih dianggap perlu sebagaimana
masih berlaku umum di seluruh dunia.
Hal ini dapat meningkatkan minat baca,
mengembangkan imajinasi, dan
bagaimana pun juga tidak dapat
tergantikan oleh teknologi. Membaca
buku adalah sebuah bagian penting
dalam pendidikan. Disamping melatih
anak-anak untuk membaca, hal ini juga
menguatkan sebuah hubungan yang
bagus diantara anggota keluarga.
Merasakan petualangan adalah penting
dalam kehidupan sehari-hari anak. Hal
ini dapat mengasah kepedulian
lingkungan anak dalam pikirannya,
m e m b e r i k a n k e b e b a s a n u n t u k
mengeksplorasi dan menciptakan apa
yang dia inginkan, serta menanamkan
solidaritas diantara teman-temannya.
Menonton televisi juga bisa bermanfaat.
Hal ini dapat menghubungkan anak
antara dunia nyata dan tidak nyata,
mengkritisi fenomena di sekitarnya, dan
menjembatani pembelajaran digital.
Dan yang terakhir, menguasai computer
sangat penting dalam era teknologi ini.
Hal ini dapat membuka kewaspadaan
anak akan pengetahuan yang lebih luas,
memotivasi untuk melakukan eksplorasi
lebih, serta meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis anak.
Sinyeu (May 14, 2012/8:39 p.m.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar