Selasa, 12 Juni 2012

Menuju Ke Arah Pengembangan Pendidikan Alternatif (Bagian Kesepuluh) Oleh: Ahmad Faizuddin, M.Ed

S e k o l a h , P e n d i d i k a n , d a n Pendidikan Alternatif (2) Pendidikan bukanlah kegiatan berupa pengisian pengetahuan ke dalam kepala anak didik sebagaimana “banking concept” Freire (1994) tegaskan, “… in which the students are the depositories and the teacher is the depositor” (“ … dimana anak didik itu menjadi tempat meletakkan sesuatu dan guru sebagai orang yang meletakkannya”), namun sebaliknya yang terpenting adalah anak didik seharusnya “have the opportunity to become collectors or cataloguers of the things they store” (“mempunyai kesempatan untuk menjadi orang yang mengumpulkan atau memilah apa-apa yang mereka simpan”, h. 53). Mengisi kepala anak dengan berbagai macam k o n s e p t a n p a m e m p e r h a t i k a n kebutuhan dan ketertarikannya hanya akan menjadikan proses pendidikan itu menjemukan. Anak bukanlah robot yang bisa disuruh ini dan itu sesuai dengan keinginan kita. 

Anak-anak juga mempunyai kemauan dan ketertarikan s e n d i r i u n t u k m e n g e m b a n g k a n p e n d i d i k a n s e s u a i d e n g a n kemampuannya. Dewey (1897) dalam karyanya “My Pedagogic Creed”, ketika menjelaskan apakah pendidikan itu, dia beranggapan bahwa, “educational process has two sides – one psychological and one sociological – and that neither can be subordinated to the other or neglected without evil results following” (“proses pendidikan itu mempunyai dua sisi – satu aspek psikologis dan satunya lagi aspek sosiologis – dan keduanya tidak bisa membawahi satu sama lain atau disalahgunakan jika tidak mau hasil yang jelek”, sebagaimana dikutip oleh Provenzo, 2006, h. 23).

Lebih lanjut, dalam nada yang sama, ketika menjelaskan apakah sekolah itu, Dewey meyakini bahwa, “education is a process of living and not a preparation for future living” (“pendidikan adalah sebuah proses kehidupan dan bukan lah sebuah persiapan untuk hidup di masa yang akan datang”, h. 24). Oleh karena itu, pelajaran dasar dari pendidikan sebagaimana Dewey yakini adalah “… not science, nor literature, nor history, nor geography, but the child's own social activities” (“…bukan ilmu pengetahuan alam, bukan pula literature, sejarah atau geografi, tetapi kegiatan-kegiatan sosial si anak sendiri”, h. 26). Pendidikan adalah proses seumur hidup. 

Filosofi pendidikan sepanjang hayat ini haruslah “Melibatkan pembelajar sebagai pelaku utama dalam kegiatan belajar daripada hanya menjadi penerima yang pasif, meningkatkan kapasitasnya untuk memainkan perannya yang disebutkan tadi, mengarahkan kepada demokrasi masyarakat, dan meningkatkan kualitas hidup semua laki-laki dan perempuan” (Cropley, 1979, h. 102). Oleh karena itu, menurut UNESCO, pendidikan seharusnya: Last the whole life of each individual (berlangsung sepanjang hayat seseorang); lead to the systematic acquisition, renewal, upgrading and completion of knowledge, skills and attitudes made necessary by the constantly changing conditions in w h i c h p e o p l e n o w l i v e (mengarahkan kepada pencapaian yang sistematik, pembaharuan, peningkatan dan kelengkapan pengetahuan, keahlian serta tingkah l a k u ya n g d i p e r l u k a n o l e h perubahan kondisi yang terusmenerus dimana manusia hidup sekarang); have as its ultimate goal promotion of the self fulfillment of each individual (memiliki tujuan akhir tercapainya pemenuhan kebutuhan diri setiap individu); be dependent for its successful implementation on people's increasing ability and motivation to engage in self directed learning activities (berhubungan dengan suksesnya pencapaian dalam hal meningkatnya kemampuan dan motivasi untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar mandiri); serta acknowledge the contribution of all available educational influences, including formal, non formal and informal (mengakui peran serta dari semua pengaruh pendidikan yang ada, baik formal, non formal dan informal). 

(Cropley, 1979, h. 3) Akhirnya, bagaimana hubungan antara sekolah, pendidikan, dan pendidikan alternatif itu? Secara singkat, yang jelas bahwa proses belajar itu tidak dibatasi dalam ruang belajar di sekolah saja. Lesch (2009) menggambarkan, “… each keep expanding into something larger, fueled only by the curiosity of the learner” (“… setiap pembelajar terus berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar, digerakkan o le h ra s a ke inginta hua n da r i pembelajar itu sendiri” h. 5). Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan itu adalah untuk menghubungkan pelajar dengan o r a n g - o r a n g d a n m a s y a r a k a t sekitarnya. Gagal dalam hal tersebut akan berdampak pada resiko yang sangat serius yaitu gagalnya proses belajar itu sendiri. (h. 54). Oleh karena itu, memberikan pelajar itu ilmu yang bermanfaat, informasi yang sesuai, dan keahlian yang memadai akan sangat diperlukan untuk suksesnya hidup si pelajar tersebut di masa yang akan datang. Sekolah sebenarnya perlu di berdayakan kembali menjadi pusat pembelajaran masyarakat. Tugas sekolah itu bukan hanya untuk m e n g a j a r k a n a n a k- a n a k i l m u pengetahuan, akan tetapi juga untuk melibatkan guru, pelajar, dan orang tua dalam sebuah proses belajar yang berkesinambungan (Nandika, 2007, h. 84). 

Nah, dalam dunia modern ini, institusi atau lembaga pendidikan yang b i s a m e n j a wa b p e r m a s a l a h a n masyarakat tersebut di atas adalah pendidikan alternatif. Bahkan sering para orang tua menggunakan pendidikan alternatif sebagai “shadow education” (pendidikan bayangan) untuk menjamin kesuksesan anakanaknya di sekolah (Buchmann, Condron & Roscigno, 2010). Terkadang dapat dikatakan juga bahwa model pembelajaran tradisional masih memainkan pengaruh yang bagus dalam proses pendidikan (Pane & Salmon, 2009). Kalau dibandingkan, pada kenyataannya pelajar dari pendidikan alternatif ini mempunyai kecemasan yang kurang, gejala depresi yang tidak seberapa, kepuasan yang lebih akan hidupnya sekarang, serta pencapaian akademis yang lebih dibandingkan dengan pelajar dari pendidikan normal di sekolah biasa (Shankland et al., 2010). 

Sinyeu (May 14, 2012/8:41 p.m.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar